ALLAH TIDAK MENYUKAI PENGANGGUR‏

Kamis, 15 April 2010

Sebaiknya, jangan berlama-lama jadi penganggur, sebab Allah SWT tidak menyukai orang mu’min yang malas bekerja, apalagi hanya suka meminta-minta. Diceritakan dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Bahwasanya Allah itu cinta kepada orang mu’min yang bekerja (tidak menganggur).”
Bekerja tidak berarti harus menjadi pegawai negeri atau karyawan perusahaan swasta, melainkan apa yang bisa diperbuat oleh anggota badan serta segenap kemampuan diri. Kita telah dibekali sepasang tangan untuk melakukan berbagai pekerjaan, dibekali kaki untuk melangkah, dan dibekali otak untuk berpikir. Dalam sebuah Hadits dikatakan: “Rasulullah SAW ditanya: pekerjaan apakah yang paling utama? Beliau menjawab: pekerjaan orang dengan tangan (usaha)nya dan juga semua cara berdagang yang suci.” (Berdagang tanpa penipuan, pengkhianatan dan pengelabuan mata).

Islam sangat menghargai para pekerja keras. Saking menghargainya, kelelahan karena bekerja dikatakan dapat mengampuni dosanya. Hal tersebut diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa di waktu sore merasakan kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu pula ia terampuni dosanya.”

Subhanallah. Betapa kelirunya kita selama ini. Kita sering ngedumel, menggerutu atau mengeluh karena kelelahan bekerja. Ternyata, di balik kelelahan itu terdapat ampunan. Lebih dari itu, bekerja dengan sekuat tenaga, membanting tulang dan mencucurkan peluh untuk menghasilkan rejeki, di hadapan Allah SWT ditempatkan sebagai fi-sabilillah.

Ini sebuah contoh yang diceritakan Ka’ban bin Umrah. Suatu hari ada seseorang yang berjalan melalui tempat Nabi Muhammad SAW. Para sahabat Nabi melihat orang itu sedang bekerja dengan giat dan terampil. Lalu para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, alangkah baiknya jika bekerja seperti orang itu digolongkan fi-sabilillah.”

Nabi Muhammad SAW bangkit dan turut menyaksikan orang yang sedang bekerja itu. Kemudian Beliau bersabda, “Jika ia bekerja itu untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia adalah fi-sabilillah. Jika ia bekerja untuk membela kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, maka ia fi-sabilillah. Jika ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri supaya tidak menjadi peminta-minta, maka ia juga fi-sabilillah. Tapi, jika ia bekerja dengan maksud hendak ria, ingin dipuji orang lain atau untuk berbangga-bangga, maka ia adalah fi-sabilisy-syaitan.”

Sungguh terhormat orang-orang yang ikhlas bekerja keras untuk menghidupi anak-anaknya, membela orangtuanya, dan atau menghidarkan diri dari meminta-minta. Semoga kita menjadi insan pekerja keras yang hakiki sehingga tergolong umat fi-sabilillah. Amin ya robbal alamin.

sumber : catatan di facebook milik pak Dedin

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
Tolong di klik, itung itung bantu newbie,he....